Kehidupan ini paradox. Sudah banyak orang yang mengatakan hal itu mungkin saya hanya akan
sedikit bercerita pengalaman pribadi tentang paradox-nya dunia ini.
kata pepatah zaman dulu hemat pangkal kaya, yang berarti boros pangkal miskin. Padahal nyatanya
semakin kita boros, rezeki itu selalu saja datang dan kita cukup untuk tetap menjalani kehidupan
sehari-hari. Lucunya ketika kita berusaha hemat malahan jika kita hitung pendapatan perbulan malah
menipis berbeda seperti saat kita sedang boros. Kebetulan saya adalah seorang Polisi yang juga
menjalani bisnis sampingan menjual kaos brand saya sendiri dan juga trading mata uang kripto.
Kebiasaan saya adalah selalu me-review pengeluaran bulanan saya. Saya mulai sadar bahwa dunia ini
paradox Ketika saat itu saya sering sekali belanja untuk keperluan hobi motor, tapi anehnya saya
tidak merasa kekurangan. Sedangkan saat saya berusaha berhemat untuk niat menabung, tidak
pernah belanja keperluan hobi, mengurangi kegiatan nongkrong di kedai kopi dan lain-lain, ketika
akhir bulan tiba malah pemasukan saya jauh berbeda dengan ketika saya sedang boros.
…
Dulu ketika saya masih di TK, setiap ada yang bertanya “Kamu cita-citanya apa ?’’ saya selalu
menjawab ‘’Aku mau jadi Polisi’’. Namun seiring berjalannya waktu saya lupa akan cita-cita saya ini.
Saat SMK saya berencana untuk fokus di dunia Keamanan Jaringan, tapi nyatanya sulit sekali untuk
mencapai itu. Dari kendala mahalnya biaya pelatihan dan sertifikasi. Akhirnya suatu saat ada teman
dari orang tua saya untuk menyarankan saya mendaftar Kepolisian, yah walaupun saya setengah hati
waktu itu. Anehnya saya lolos terpilih untuk mengikuti pendidikan kepolisian, sedangkan banyak
sekali orang yang berambisi untuk menjadi anggota Polri. Akhirnya cita-cita saya waktu SMK untuk
menjadi profesional di bidang keamanan jaringan sudah pupus dan impian saya semasa TK menjadi
nyata.
…
Saat liburan SMK tiba kebetulan saat itu juga pada bulan Ramadhan, seperti biasa selepas
melaksanakan Shalat tarawih saya dan sahabat saya menuju tempat nongkrong di gardu/pos jaga
ronda di sekitar Komplek. Saat sedang berjalan kaki menuju gardu entah kenapa tiba-tiba ada bocil
kelas 5 Sekolah Dasar yang tidak sengaja mukenanya tersangkut di jari manis saya. ‘’Bro dia anak
baru ya? Siapa namanya?” tanya saya kepada sahabat saya, “Yoi dia anak baru, rumahnya di blok D”.
Saat tiba di gardu sahabat saya berkata “By the way, anak tadi tuh kalo udah gede bakal cantik Fiq”,
dengan nada bercanda saya membalasnya “Liat aja nih, aku yang bakal dapetin dia”. Tahun pun
berlalu, dan benar saja 6 tahun kemudian gadis kecil yang saat itu tidak sengaja tersangkut
mukenanya di jari saya, tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis. Niat hati mendekatinya, apalah
daya saya sudah punya pacar dan dia juga sudah punya pacar. 2 tahun kemudian saya memberanikan
diri untuk menyatakan bahwa saya suka kepadanya sejak pertama kali bertemu, walaupun saat itu
dia masih memiliki pacar. Kata orang dulu “Sebelum janur kuning melengkung, GASPOL REM
BLONG!!!” itulah prinsip yang saya pegang saat itu.
Perjalanan tidak selalu mudah, karena dia saat itu masih berpacaran. Semakin tidak jelas alurnya,
akhirnya saya mengatakan kepadanya “Terserah sih, kamu mau pilih aku atau dia. Aku serius aku ga
mau hubungan yang haha-hihi kayak kamu sekarang yang kamu jalani”, akhirnya dia pun bimbang
dan saya pun mulai mengikhlaskan “Ya sudahlah, di Jakarta gebetan gue juga banyak”. Selang
beberapa waktu, akhirnya dia memutuskan untuk memillih saya yang pada saat itu saya sudah ada di
fase ikhlas. Akhirnya saya langsung bertunangan dengan dia. Cukup cepat memang, tapi entah
kenapa hati ini merasa sangat yakin dan orang tua kami juga saling mendukung.
…
Saya seorang anggota Kepolisian di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, 2019 saat saya mulai
berdinas di sana saya bertemu dengan sekumpulan orang yang mengenakan baret biru United
Nations sebagai pasukan perdamaian. Seketika itu saya bercita-cita agar bisa mejadi seperti mereka.
Pada tahun 2020 kebetulan senior saya terpilih menjadi bagian pasukan perdamaian United Nations.
Saya bertanya bagaimana agar bisa terpilih menjadi bagian dari mereka, tetapi senior saya berkata
“Sulit Fiq, Lu harus lancar Bahasa Inggris, nanti ada seleksi Kesehatan, jasmani, psikologi dan
Kesehatan jiwa. Mirip-mirip sama kayak dulu waktu seleksi Polisi lah. Oh iya sama tes kemampuan
menembak”. Akhirnya saya kembali mulai mengikhlaskan sambil mencicil mengembalikan performa
fisik yang sudah lama tidak saya asah. Waktu pun berlalu, tiba-tiba Komandan saya datang ke
ruangan saya dan berkata “Fiq, mau ikut misi PBB ga?” dan saya pun menjawab dengan senang dan
sambil sedikit jaim “Siap perintah ndan”. Alhamdulillah sudah ada dukungan dari komandan.
Akhirnya saya percaya diri untuk mengikuti seleksi Pasukan Perdamaian. Akhirnya saya pun terpilih
menjadi bagian dari Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Saat blog ini saya tulis, saya
sudah berada di Republik Afrika Tengah melaksanakan misi perdamaian.
…
Dunia itu memang paradox ya... Terkadang apa yang kita cita-citakan, apa yang kita inginkan malah
sulit sekali untuk tercapai. Ketika kita sudah mulai mengikhlaskannya malahan keinginan itu tiba-tiba
mendekat bahkan sudah berada pada diri kita.
…
Yang terpenting tetap berusaha, jangan terlalu Ngoyoh, biarkan Tuhan YME yang menentukan apa
yang terbaik untuk kita, karena apa yang kita suka belum tentu baik untuk kita dan apa yang tidak
kita suka padahal itu yang terbaik untuk kita.
…
Sekian blog saya ini, tetap semangat dan jangan putus asa. GARUDA !
Comments
Post a Comment