HIDUP INI PARADOX


 Kehidupan ini paradox. Sudah banyak orang yang mengatakan hal itu mungkin saya hanya akan 

sedikit bercerita pengalaman pribadi tentang paradox-nya dunia ini. 

kata pepatah zaman dulu hemat pangkal kaya, yang berarti boros pangkal miskin. Padahal nyatanya 

semakin kita boros, rezeki itu selalu saja datang dan kita cukup untuk tetap menjalani kehidupan 

sehari-hari. Lucunya ketika kita berusaha hemat malahan jika kita hitung pendapatan perbulan malah 

menipis berbeda seperti saat kita sedang boros. Kebetulan saya adalah seorang Polisi yang juga 

menjalani bisnis sampingan menjual kaos brand saya sendiri dan juga trading mata uang kripto. 

Kebiasaan saya adalah selalu me-review pengeluaran bulanan saya. Saya mulai sadar bahwa dunia ini 

paradox Ketika saat itu saya sering sekali belanja untuk keperluan hobi motor, tapi anehnya saya 

tidak merasa kekurangan. Sedangkan saat saya berusaha berhemat untuk niat menabung, tidak 

pernah belanja keperluan hobi, mengurangi kegiatan nongkrong di kedai kopi dan lain-lain, ketika 

akhir bulan tiba malah pemasukan saya jauh berbeda dengan ketika saya sedang boros.

Dulu ketika saya masih di TK, setiap ada yang bertanya “Kamu cita-citanya apa ?’’ saya selalu 

menjawab ‘’Aku mau jadi Polisi’’. Namun seiring berjalannya waktu saya lupa akan cita-cita saya ini. 

Saat SMK saya berencana untuk fokus di dunia Keamanan Jaringan, tapi nyatanya sulit sekali untuk 

mencapai itu. Dari kendala mahalnya biaya pelatihan dan sertifikasi. Akhirnya suatu saat ada teman 

dari orang tua saya untuk menyarankan saya mendaftar Kepolisian, yah walaupun saya setengah hati 

waktu itu. Anehnya saya lolos terpilih untuk mengikuti pendidikan kepolisian, sedangkan banyak 

sekali orang yang berambisi untuk menjadi anggota Polri. Akhirnya cita-cita saya waktu SMK untuk 

menjadi profesional di bidang keamanan jaringan sudah pupus dan impian saya semasa TK menjadi 

nyata.

Saat liburan SMK tiba kebetulan saat itu juga pada bulan Ramadhan, seperti biasa selepas 

melaksanakan Shalat tarawih saya dan sahabat saya menuju tempat nongkrong di gardu/pos jaga 

ronda di sekitar Komplek. Saat sedang berjalan kaki menuju gardu entah kenapa tiba-tiba ada bocil 

kelas 5 Sekolah Dasar yang tidak sengaja mukenanya tersangkut di jari manis saya. ‘’Bro dia anak 

baru ya? Siapa namanya?” tanya saya kepada sahabat saya, “Yoi dia anak baru, rumahnya di blok D”. 

Saat tiba di gardu sahabat saya berkata “By the way, anak tadi tuh kalo udah gede bakal cantik Fiq”, 

dengan nada bercanda saya membalasnya “Liat aja nih, aku yang bakal dapetin dia”. Tahun pun 

berlalu, dan benar saja 6 tahun kemudian gadis kecil yang saat itu tidak sengaja tersangkut 

mukenanya di jari saya, tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis. Niat hati mendekatinya, apalah 

daya saya sudah punya pacar dan dia juga sudah punya pacar. 2 tahun kemudian saya memberanikan 

diri untuk menyatakan bahwa saya suka kepadanya sejak pertama kali bertemu, walaupun saat itu 

dia masih memiliki pacar. Kata orang dulu “Sebelum janur kuning melengkung, GASPOL REM 

BLONG!!!” itulah prinsip yang saya pegang saat itu. 

Perjalanan tidak selalu mudah, karena dia saat itu masih berpacaran. Semakin tidak jelas alurnya, 

akhirnya saya mengatakan kepadanya “Terserah sih, kamu mau pilih aku atau dia. Aku serius aku ga 

mau hubungan yang haha-hihi kayak kamu sekarang yang kamu jalani”, akhirnya dia pun bimbang 

dan saya pun mulai mengikhlaskan “Ya sudahlah, di Jakarta gebetan gue juga banyak”. Selang 

beberapa waktu, akhirnya dia memutuskan untuk memillih saya yang pada saat itu saya sudah ada di 

fase ikhlas. Akhirnya saya langsung bertunangan dengan dia. Cukup cepat memang, tapi entah 

kenapa hati ini merasa sangat yakin dan orang tua kami juga saling mendukung.

Saya seorang anggota Kepolisian di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, 2019 saat saya mulai

berdinas di sana saya bertemu dengan sekumpulan orang yang mengenakan baret biru United

Nations sebagai pasukan perdamaian. Seketika itu saya bercita-cita agar bisa mejadi seperti mereka.

Pada tahun 2020 kebetulan senior saya terpilih menjadi bagian pasukan perdamaian United Nations.

Saya bertanya bagaimana agar bisa terpilih menjadi bagian dari mereka, tetapi senior saya berkata

“Sulit Fiq, Lu harus lancar Bahasa Inggris, nanti ada seleksi Kesehatan, jasmani, psikologi dan

Kesehatan jiwa. Mirip-mirip sama kayak dulu waktu seleksi Polisi lah. Oh iya sama tes kemampuan

menembak”. Akhirnya saya kembali mulai mengikhlaskan sambil mencicil mengembalikan performa

fisik yang sudah lama tidak saya asah. Waktu pun berlalu, tiba-tiba Komandan saya datang ke

ruangan saya dan berkata “Fiq, mau ikut misi PBB ga?” dan saya pun menjawab dengan senang dan

sambil sedikit jaim “Siap perintah ndan”. Alhamdulillah sudah ada dukungan dari komandan.

Akhirnya saya percaya diri untuk mengikuti seleksi Pasukan Perdamaian. Akhirnya saya pun terpilih

menjadi bagian dari Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Saat blog ini saya tulis, saya

sudah berada di Republik Afrika Tengah melaksanakan misi perdamaian.

Dunia itu memang paradox ya... Terkadang apa yang kita cita-citakan, apa yang kita inginkan malah

sulit sekali untuk tercapai. Ketika kita sudah mulai mengikhlaskannya malahan keinginan itu tiba-tiba

mendekat bahkan sudah berada pada diri kita.

Yang terpenting tetap berusaha, jangan terlalu Ngoyoh, biarkan Tuhan YME yang menentukan apa

yang terbaik untuk kita, karena apa yang kita suka belum tentu baik untuk kita dan apa yang tidak

kita suka padahal itu yang terbaik untuk kita.

Sekian blog saya ini, tetap semangat dan jangan putus asa. GARUDA !

Comments