Setiap anak kecil pasti punya cita-cita, sama seperti saya yang jika ditanya "nanti kalau udah besar mau jadi apa?", "Jadi Polisi, biar punya tembak" jawabku dengan semangat kala itu. Namun seiring berjalannya waktu cita-cita kita pasti berubah. Ketika SD saya punya cita-cita jadi Pembalap, kemudian beranjak SMP saya bercita-cita jadi Arsitek, ketika di SMK cita-cita saya malah jadi IT Security yang bisa menaklukan semua Hacker diseluruh dunia.
Saat SMK ketika saya bercita-cita menjadi seorang IT Security salah satu jalan adalah menjadi anggota Kepolisian yang pastinya menangani bidang kejahatan internet (cyber crime). Namun suatu hari ada sebuah perusahaan melakukan rekrutmen di lingkungan sekolah kami saat itu, dari Telkom Sigma. Saya dengar juga membuka lowongan untuk staf dibagian IT-Security, akhirnya saya mencoba untuk mendaftar. Hari penyeleksian pun tiba, teman-teman saya yang berminat pun sudah sangat rapi dengan kemejanya, apalah daya saya seorang anak SMK yang sedikit urakan tidak tau bagaimana menjadi rapi, apalagi saya tidak punya kemeja satupun di lemari. Akhirnya saya putuskan untuk memakai baju berbahan flanel.
Ketika kami semua dikumpulkan disebuah kelas, saya mendapat teguran dari salah satu staf yang melakukan penyeleksian, "kamu itu mau ke mall atau mau melamar kerja" dan saya pun hanya bisa tertunduk malu. Saat melaksanakan tes psikologi pun saya kewalahan, karena tidak pernah melaksanakan tes psikologi sebelumnya.Akhirnya nilai saya paling buruk diantara yang lain. Kemudian pada tahapan selanjutnya adalah tes wawancara, disana saya ditanya tentang berbagai permasalahan keamanan jaringan dan saya pun sangat percaya diri karena ini memang adalah bidang saya. Berbagai rangkaian tes pun telah usai, kami pun pulang dan tinggal menunggu hasil pengumuman. Alhamdulillah nama saya tercantum diantara semua siswa yang lolos untuk bekerja di perusahaan tersebut.
Beberapa bulan bekerja, sepertinya saya kurang nyaman dan akhirnya saya mengundurkan diri. Kemudian saya mencari pekerjaan di lain perusahaan namun tidak sesuai dengan keahlian saya di bidang security dan gajinya pun dibawah UMR Jakarta saat itu, hanya Rp. 2.800.000 sedangkan UMR Jakarta saat itu adalah Rp. 3.400.000. Akhirnya pun saya kembali mengundurkan diri.
Akhirnya saya kembali ke kampung halaman di Jawa Timur, disana saya pergi ke Kampung Inggris Pare untuk berlatih berkomunikasi dengan bahasa Inggris, yang tujuannya adalah agar saya bisa bekerja sebagai IT-Security di luar negeri. Saat di Pare, tiba-tiba Ibu saya menelpon "Nak, gak mau coba daftar Polisi ya? Kalau serius nanti mobil di rumah mau dijual", saya pun kaget "Ngapain juga jadi Polisi?", Ibu saya menjawab "Yaudah dipikir-pikir aja dulu". Hari demi hari pun berlalu tapi saya masih terus berpikir tentang tawaran dari ibu saya. beberapa minggu kemudian Ibu saya kembali menelpon "Gimana? mau coba daftar polisi", aku pun berkata "Iya, tapi syaratnya Taufiq gak mau sampe keluar biaya, apalagi sampe jual ini itu biar bisa lolos jadi Polisi", Ibu menjawab "Iya iya".
Akhirnya setiap hari disaat ada waktu senggang di Pare setelah melaksanakan kelas, saya sempatkan untuk berolahraga di pagi siang dan malam, karena saat itu berat badan saya masih 84kg dengan tinggi badan hanya 168cm. Saya pun harus berjuang untuk menurukan berat badan.
4 bulan di Pare pun telah usai, saya kembali ke rumah di Bangkalan. Disana saya tetap terus berolahraga untuk meningkatkan fisik dan menurunkan berat badan, Alhamdulillah berat badan sudah mulai turun di angka 75kg namun saya masih harus terus sampai angka minimal di 70kg. Apalah daya sampai hari penyeleksian calon anggota Polri berat saya masih diangka 73kg.
Terdapat banyak tes yang harus saya lewati, salah satunya adalah tes psikologi yang dulu pernah saya kewalahan saat seleksi menjadi staf IT-Security. Alhamdulillah nilai saya 62 dari minimal 61, memang sangat tipis, tapi setidaknya saya lolos pada tahapan ini. Kemudian ada tes kesehatan, bentuk tubuh, dll. Namun disini saya hanya akan sedikit bercerita saat saya melaksanakan tes psikologi, kesehatan, dan akademik saja.
Saat tahapan tes akademik, saya sangatlah percaya diri dengan kemampuan saya, karena maklum lah saya cukup baik tentang pelajaran Jaringan Komputer di sekolah dulu. Saya pun sangat mudah mengerjakan tes praktik nya, dan waktu pun telah usai, panitia pun mengecek hasil pekerjaan para peserta, ketika salah satu panitia datang entah kenapa tiba-tiba hasil pekerjaan saya pun terjadi masalah, karena sudah terbiasa saat menjadi karyawan swasta, saya masih tenang dalam menjelaskan dan menjelaskan kepada panitia "maaf pak, semuanya sudah saya kerjakan dengan benar, namun sepertinya terjadi masalah pada komputer dan program nya", panitia pun sepertinya meng-iya-kan. Kami pun seluruh peserta menunggu untuk mengetahui hasil dan pengurutuan peringkat dari panitia. Alhamduillah walaupun hasil kerja saya ada masalah, saat itu saya mendapat peringkat kedua dalam pelaksanaan tes akademik.
Kemudian tes jasmani, disana kita harus bisa melaksanakan berbagai tes seperti lari 12 menit, push-up, sit-up, shuttle run, pull-up, dan renang. Saya sedikit terkendala saat melaksanakan tes lari 12 menit, waktu itu saya hanya bisa menyelesaikan 2,1km dari minimal 2.4km. Kemudian tes pull-up, saya hanya bisa melakukan 3 repetisi dari minimal 1 repetisi dan maksimal 17 repetisi. Sedangkan untuk tes jasmani yang lain saya bisa mendapat nilai sempurna, apalagi renang 25m bisa saya selesaikan hanya waktu 17 detik saja.
Berbagai tahapan tes pun sudah saya lewati, hanya tinggal menunggu keputusan dari Mabes Polri tentang berapa banyak yang akan diambil. Kami diambil berdasarkan semua nilai kemudian diakumulasi dan dibuat peringkat.
Hari dimana penentuan pun tiba, saya lihat banyak orang sangat tegang menunggu hasil keputusan, sedangkan saya malah selow-selow saja, mungkin ini kelebihan saya dan mungkin juga kekurangan saya, selalu tenang di berbagai kondisi. Wkwkwk.
Kami semua duduk di kursi sambil menunggu dokumen yang dikirimkan dari Mabes Polri tentang kuota penerimaan calon anggota Polri. Sekian lama menunggu akhirnya waktu pengumuman pun tiba, sontak saya yang terbiasa tenang, tiba-tiba jadi ikut tegang melihat hasilnya. Alhamdulillah saya lolos dan terpilih menjadi calon anggota Polri, sebagian orang menangis bahagia karena lolos terpilih, dan sebagiannya menangis sedih karena dia lolos namun tidak terpilih. Tapi tidak dengan saya, tetap tenang walaupun tadi sempat ikutan deg-degan. Tak lupa juga sebagai anak milenial saya ambil handphone kemudian upload instastory dengan bertulisan "BHAYANGKARA SEJATI".
Selama saya melaksanakan berbagai tes, GRATIS! Tidak sedikitpun diminta biaya. GRATIS TIS TIS! Hilangkan fikiran kalau mau jadi Polisi harusbayar. Jangan percaya kalau ada orang yang menawarkan diri bisa meloloskan kalian dengan biaya tertentu. Itu BOHONG!
Cukup sekian sedikit cerita dari saya. Tunggu cerita tentang pendidikan saya selama di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jatim ya.
Saat SMK ketika saya bercita-cita menjadi seorang IT Security salah satu jalan adalah menjadi anggota Kepolisian yang pastinya menangani bidang kejahatan internet (cyber crime). Namun suatu hari ada sebuah perusahaan melakukan rekrutmen di lingkungan sekolah kami saat itu, dari Telkom Sigma. Saya dengar juga membuka lowongan untuk staf dibagian IT-Security, akhirnya saya mencoba untuk mendaftar. Hari penyeleksian pun tiba, teman-teman saya yang berminat pun sudah sangat rapi dengan kemejanya, apalah daya saya seorang anak SMK yang sedikit urakan tidak tau bagaimana menjadi rapi, apalagi saya tidak punya kemeja satupun di lemari. Akhirnya saya putuskan untuk memakai baju berbahan flanel.
Ketika kami semua dikumpulkan disebuah kelas, saya mendapat teguran dari salah satu staf yang melakukan penyeleksian, "kamu itu mau ke mall atau mau melamar kerja" dan saya pun hanya bisa tertunduk malu. Saat melaksanakan tes psikologi pun saya kewalahan, karena tidak pernah melaksanakan tes psikologi sebelumnya.Akhirnya nilai saya paling buruk diantara yang lain. Kemudian pada tahapan selanjutnya adalah tes wawancara, disana saya ditanya tentang berbagai permasalahan keamanan jaringan dan saya pun sangat percaya diri karena ini memang adalah bidang saya. Berbagai rangkaian tes pun telah usai, kami pun pulang dan tinggal menunggu hasil pengumuman. Alhamdulillah nama saya tercantum diantara semua siswa yang lolos untuk bekerja di perusahaan tersebut.
Beberapa bulan bekerja, sepertinya saya kurang nyaman dan akhirnya saya mengundurkan diri. Kemudian saya mencari pekerjaan di lain perusahaan namun tidak sesuai dengan keahlian saya di bidang security dan gajinya pun dibawah UMR Jakarta saat itu, hanya Rp. 2.800.000 sedangkan UMR Jakarta saat itu adalah Rp. 3.400.000. Akhirnya pun saya kembali mengundurkan diri.
Akhirnya saya kembali ke kampung halaman di Jawa Timur, disana saya pergi ke Kampung Inggris Pare untuk berlatih berkomunikasi dengan bahasa Inggris, yang tujuannya adalah agar saya bisa bekerja sebagai IT-Security di luar negeri. Saat di Pare, tiba-tiba Ibu saya menelpon "Nak, gak mau coba daftar Polisi ya? Kalau serius nanti mobil di rumah mau dijual", saya pun kaget "Ngapain juga jadi Polisi?", Ibu saya menjawab "Yaudah dipikir-pikir aja dulu". Hari demi hari pun berlalu tapi saya masih terus berpikir tentang tawaran dari ibu saya. beberapa minggu kemudian Ibu saya kembali menelpon "Gimana? mau coba daftar polisi", aku pun berkata "Iya, tapi syaratnya Taufiq gak mau sampe keluar biaya, apalagi sampe jual ini itu biar bisa lolos jadi Polisi", Ibu menjawab "Iya iya".
Akhirnya setiap hari disaat ada waktu senggang di Pare setelah melaksanakan kelas, saya sempatkan untuk berolahraga di pagi siang dan malam, karena saat itu berat badan saya masih 84kg dengan tinggi badan hanya 168cm. Saya pun harus berjuang untuk menurukan berat badan.
4 bulan di Pare pun telah usai, saya kembali ke rumah di Bangkalan. Disana saya tetap terus berolahraga untuk meningkatkan fisik dan menurunkan berat badan, Alhamdulillah berat badan sudah mulai turun di angka 75kg namun saya masih harus terus sampai angka minimal di 70kg. Apalah daya sampai hari penyeleksian calon anggota Polri berat saya masih diangka 73kg.
Terdapat banyak tes yang harus saya lewati, salah satunya adalah tes psikologi yang dulu pernah saya kewalahan saat seleksi menjadi staf IT-Security. Alhamdulillah nilai saya 62 dari minimal 61, memang sangat tipis, tapi setidaknya saya lolos pada tahapan ini. Kemudian ada tes kesehatan, bentuk tubuh, dll. Namun disini saya hanya akan sedikit bercerita saat saya melaksanakan tes psikologi, kesehatan, dan akademik saja.
Saat tahapan tes akademik, saya sangatlah percaya diri dengan kemampuan saya, karena maklum lah saya cukup baik tentang pelajaran Jaringan Komputer di sekolah dulu. Saya pun sangat mudah mengerjakan tes praktik nya, dan waktu pun telah usai, panitia pun mengecek hasil pekerjaan para peserta, ketika salah satu panitia datang entah kenapa tiba-tiba hasil pekerjaan saya pun terjadi masalah, karena sudah terbiasa saat menjadi karyawan swasta, saya masih tenang dalam menjelaskan dan menjelaskan kepada panitia "maaf pak, semuanya sudah saya kerjakan dengan benar, namun sepertinya terjadi masalah pada komputer dan program nya", panitia pun sepertinya meng-iya-kan. Kami pun seluruh peserta menunggu untuk mengetahui hasil dan pengurutuan peringkat dari panitia. Alhamduillah walaupun hasil kerja saya ada masalah, saat itu saya mendapat peringkat kedua dalam pelaksanaan tes akademik.
Kemudian tes jasmani, disana kita harus bisa melaksanakan berbagai tes seperti lari 12 menit, push-up, sit-up, shuttle run, pull-up, dan renang. Saya sedikit terkendala saat melaksanakan tes lari 12 menit, waktu itu saya hanya bisa menyelesaikan 2,1km dari minimal 2.4km. Kemudian tes pull-up, saya hanya bisa melakukan 3 repetisi dari minimal 1 repetisi dan maksimal 17 repetisi. Sedangkan untuk tes jasmani yang lain saya bisa mendapat nilai sempurna, apalagi renang 25m bisa saya selesaikan hanya waktu 17 detik saja.
Berbagai tahapan tes pun sudah saya lewati, hanya tinggal menunggu keputusan dari Mabes Polri tentang berapa banyak yang akan diambil. Kami diambil berdasarkan semua nilai kemudian diakumulasi dan dibuat peringkat.
Hari dimana penentuan pun tiba, saya lihat banyak orang sangat tegang menunggu hasil keputusan, sedangkan saya malah selow-selow saja, mungkin ini kelebihan saya dan mungkin juga kekurangan saya, selalu tenang di berbagai kondisi. Wkwkwk.
Kami semua duduk di kursi sambil menunggu dokumen yang dikirimkan dari Mabes Polri tentang kuota penerimaan calon anggota Polri. Sekian lama menunggu akhirnya waktu pengumuman pun tiba, sontak saya yang terbiasa tenang, tiba-tiba jadi ikut tegang melihat hasilnya. Alhamdulillah saya lolos dan terpilih menjadi calon anggota Polri, sebagian orang menangis bahagia karena lolos terpilih, dan sebagiannya menangis sedih karena dia lolos namun tidak terpilih. Tapi tidak dengan saya, tetap tenang walaupun tadi sempat ikutan deg-degan. Tak lupa juga sebagai anak milenial saya ambil handphone kemudian upload instastory dengan bertulisan "BHAYANGKARA SEJATI".
Selama saya melaksanakan berbagai tes, GRATIS! Tidak sedikitpun diminta biaya. GRATIS TIS TIS! Hilangkan fikiran kalau mau jadi Polisi harus
Cukup sekian sedikit cerita dari saya. Tunggu cerita tentang pendidikan saya selama di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jatim ya.
Comments
Post a Comment